BAB-8A. Maulidin Nabi Saw. Serta Mengagungkan Nabi Saw

BAB 8

Daftar isi Bab 8 ini diantaranya:

▪️ Keterangan singkat mengenai peringatan Maulidin Nabi saw.
▪️ Cara-cara memperingati hari-hari Allah
▪️ Dalil-dalil dan hikmah yang berkaitan dan mengarah kebolehan peringatan Maulid
▪️ Pendapat para ulama dan tokoh cendekiawan Muslim tentang peringatan maulidin Nabi saw
▪️ Masalah berdiri waktu pembacaan Maulid
▪️ Nama-nama kitab yang menulis riwayat hidup Rasulallah saw.
▪️ Sekelumit Makalah
▪️ Sekelumit tentang peringatan Isra dan Mi'raj Rasulallah saw.
▪️ Mengagungkan Nabi Muhammad saw.
▪️ Syair-syair untuk Nabi saw. dari para sahabat
▪️ Mencampur aduk antara Ta’dim/pengagungan dan Ibadah
▪️ Rasulallah saw.bukan manusia biasa tapi manusia sempurna/Kaamil



  Riwayat kapan dimulainya peringatan maulid Nabi saw itu itu bermacam-macam. Ada riwayat yang mengatakan bahwa pertama kali yang mengadakan acara peringatan hari kelahiran Nabi saw dan para keluarga beliau saw, adalah pada pertengahan abad kedua tahun Hijriyah yakni pada zamannya Imam Ja’far Shodiq atau Imam Musa Al-Kadhim dan diteruskan para Khalifah Bani Fathimiyah di Kairo pada abad ke empat Hijriyah. Mereka memperingati dan mengenang hari kelahiran dan kewafatan Nabi saw., Amirul mukminin Ali bin Abi Thalib kw., Sayyidah Fatimah ra., Imam Hasan dan Imam Husin bin Ali bin Abu Thalib r.a dan orang-orang sholeh lainnya, walaupun tidak dengan perayaan.

Ada lagi riwayat bahwa peringatan Maulid Nabi saw pertama kali dilakukan oleh raja Irbil (wilayah Iraq sekarang), bernamaMuzhaffaruddin al-Kaukabri, pada awal abad ke 7 hijriyah, sebagaimana yang disebutkan Ibn Katsir dalam kitab Tarikh, beliau berkata: “Sultan Muzhaffar mengadakan peringatan maulid Nabi pada bulan Rabi’ul Awwal. Beliau merayakannya secara besar-besaran. Beliau adalah seorang yang berani, pahlawan, alim dan seorang yang adil -semoga Allah merahmatinya-”.

Ada lagi yang dikatakan oleh golongan pengingkar bahwa menurut riwayat sejarah awal mula peringatan maulidin Nabi saw. diada-kan oleh Al-Muiz-Liddimillah al-Abadi dan dia ini memiliki nama yang jelek karena dekat dengan Yahudi, Nasrani jauh dari Muslim dan sebagainya. Umpama saja riwayat dan mengenai pribadi orang ini kita benarkan sebagaimana yang dikatakan golongan pengingkar, kita tidak perlu melihat pribadi seseorang yang mengarang sesuatu, tapi yang penting lihat dan bacalah isi dan makna yang ditulis atau diciptakan oleh orang tersebut. Selama hal itu baik dan bermanfaat serta tidak keluar dari syari’at Islam maka dibolehkan dan malah dianjurkan oleh Islam untuk mengamalkannya! Sebagaimana ada kata-kata yang terkenal: ‘Janganlah kalian melihat siapa yang berbicara tapi dengarkan apa yang dibicarakan’. Jadi walaupun orang kafir tapi mempunyai ide/saran yang baik dan sarannya itu tidak keluar dari syari’at Islam, malah kita dianjurkan untuk menerimanya, bila hal itu bermanfaat bagi masyarakat.

Memang sifat kebiasaan golongan pengingkar yang sudah terkenal yaitu bila mereka tidak menyenangi amalan sesuatu karena bertentangan dengan pahamnya, mereka akan mencela, mencari macam-macam jalan untuk menjelekkan pribadi orang-orang yang menulis atau yang menciptakan sesuatu amalan tersebut.

Dengan demikian riwayat-riwayat tentang awal mulanya peringatan maulidin Nabi saw. bermacam-macam, begitu juga mengenai tanggal lahir beliau saw., tetapi semua ini bukan suatu masalah yang perlu kita bahas disini. Yang sudah pasti bahwa berkumpulnya manusiasecara massal untuk menyelenggarakan peringatan-peringatan atau keagamaan ini terjadi setelah zaman Nabi saw. dan para sahabat, tetapi dilakukan pada zaman tabi'in. Peringatan maulid ini di selenggarakan oleh muslimin ,baik dari kaum ulama mau pun kaum awam, diseluruh negara didunia antara lain: Mesir, Iran, Iraq, Indonesia, Malaysia, Singapora, Saudi Arabia, Afrika, Yaman, Marokko, Pakistan, India, serta dinegara-negara barat antara lain di Inggris, Belanda, Perancis, Jerman dan lain sebagainya. 

Di Saudi Arabia walaupun disini tempat lahirnya Muhammad Abdul Wahhab, imam golongan wahabi/salafi serta pengikutnya sudah bertahun-tahun banyak diadakan peringatan maulid Nabi saw. dirumah-rumah atau flat-flat serta dihadiri oleh orang banyak dan cukup berkedudukan penting dipemerintahan Arab-Saudi. Mereka tidak dibolehkan menyolok mengadakan peringatan tersebut karena dikuatirkan akan terjadi keonaran yang ditimbulkan oleh golongan yang fanatik dan anti peringatan tersebut.

Penulis pernah tinggal di Saudi Arabia pada tahun tujuh puluhan dan sering menghadiri peringatan maulid disana. Malah sekarang bisa kita lihat sendiri di YouTube 'Sayyid Abbas Maliki in television art' atau 'Dhikr mawlid mouhadith Al-Alawi al Maliki al-Makki' (ulama yang berdomisili di Saudi Arabia), peringatan maulid yang diadakan di Saudi atau negara Arab lainnya.

Kira-kira mulai sepuluh-limabelas tahun yang lalu di Madinah pun setiap musim haji, bulan-bulan Rajab, Sya’ban dan bulan mulia lainnya pada setiap malam jum’at mulai jam 22.00, ribuan orang sebagian besar dari golongan madzhab Syiah dari Iran, Irak, Kuwait dan lainnya duduk berkumpul dimuka kuburan Baqi’ (yaitu kuburan yang letaknya berhadapan dengan Kubah kuburan Nabi saw di Masjid Nabawi Madinah) untuk membaca bersama do’a Kumail (do’anya Kumail bin Ziyad) dengan pengeras suara, dan sekitar tempat itu dijaga oleh tentara-tentara Saudi Arabia hanya untuk menjaga keamanan saja.
 
Kami, waktu naik haji dan Umrah, kebetulan melihat dan menyaksikan hal tersebut serta memotonya. Kami kira jama’ah Haji lainnya bila bertepatan malam jum’at berjalan didaerah itu akan bisa menyaksikan sendiri hal tersebut.

Padahal dahulunya ulama-ulama Saudi sangat melarang adanya kumpulan-kumpulan pembacaan do’a dimuka umum seperti itu, apalagi sambil menggunakan pengeras suara. Mungkin dengan adanya dialog antara para ulama Saudi dengan ulama madzhab lainnya mengenai hal tersebut, mereka tidak bisa melarangnya karena tidak adanya dalil yang jelas dan tegas tentang larangan tersebut malah sebaliknya banyak dalil yang mengarah kebolehan dan kesunnahan berkumpul bersama untuk membaca dzikir. Begitu juga dahulu para muthowik melarang orang memoto masjidil Haram walaupun dari luar, tetapi sekarang didalam masjid Haram pun boleh orang memoto.

Peringatan maulid memang tidak pernah dilakukan orang pada masa kehidupan Nabi saw., itu memang bid’ah (rekayasa), tetapirekayasa yang baik, karena sejalan dengan hukum syara’ dan sejalan pula dengan kaidah-kaidah umum agama. Sifat rekayasanya/ bid’ahnya terletak pada bentuk berkumpulnya jama’ah, bukan terletak pada per-orangan (individu) yang memperingati hari kelahiran Nabi saw. Sebab masa hidup beliau saw dengan berbagai cara dan bentuk setiap muslim melakukannya meski pun tidak disebut‘perayaan atau peringatan’. 

Begitu juga tidak adanya contoh pada zaman Rasulallah saw atau para sahabat, itu bukan sebagai dalil untuk melarang atau mensesatkan peringatan maulidin Nabi saw. Tidak lain semua itu adalah ijtihad para pakar Islam untuk mengumpulkan muslimin guna memperingati maulid Nabi saw. secara bersama/massal. Jadi bid’ah (rekayasa) seperti itu adalah rekayasa yang baik sekali karena banyak hikmah dan manfaat pada majlis tersebut. .

Lupa adalah salah satu ciri kelemahan yang ada pada setiap orang, tidak pandang apakah ia berpikir cerdas atau tidak. Kita sering mendengar orang berkata : Summiyal-Insan liannahu mahallul khatha’i wan-nisyan (dinamakan manusia/Insan karena ia tempat kekeliruan dan kelupaan/nisyan). Dengan demikian lupa sering digunakan orang untuk beroleh maaf atas suatu ke salahan atau kekeliruan yang telah diperbuat. Bahkan di Al-Qur’an dalam surat Al-Kahfi : 63 terdapat isyarat bahwa lupa adalah dorongan setan, yaitu ketika murid (pengikut) Nabi Musa as. menjawab pertanyaan nabi Musa, dengan mengatakan: ‘Tidak ada yang membuatku lupa mengingat (makanan) itu kecuali setan’.

Satu-satunya obat untuk dapat mencegah atau menyembuhkan penyakit lupa yaitu peringatan. Bila orang telah di-ingatkan atau diberi peringatan, ia tidak mempunyai alasan lagi untuk menyalahgunakan lupa agar beroleh maaf atas perbuatannya yang salah itu. Katadzikir, dzakkara atau dzikra (ingat, mengingatkan, peringatan dan seterusnya) adalah sempalan kata lain dari akar kata dzikir yang berulang-ulang ditekankan dalam Al-Qur’an.
 
Bahkan para Nabi dan Rasul termasuk junjungan kita Nabi Muhammad saw disebut juga sebagai Mudzakkir yakni Pemberi ingat.Dengan tekanan makna yang lebih tegas dan keras, para Nabi dan Rasul disebut juga sebagai Nadzir yakni pemberi peringatan keras kepada manusia yang menentang kebenaran Allah swt.

Dengan keterangan singkat diatas jelaslah betapa besar dan penting masalah peringatan dan mengingatkan. Tujuannya adalah agar manusia sebatas mungkin dapat terhindar dari penyakit lupa dan lalai yang akan menjerumuskannya kedalam pemikiran salah dan perbuatan sesat. Itulah masalah yang melandasi pengertian kita tentang betapa perlunya kegiatan memperingati maulid Nabi Muhammad saw.. Peringatan maulid Nabi saw. ini merupakan amal kebaikan yang sangat dianjurkan. 

Banyak sekali dalil naqli maupun ‘aqli yang mendukung dan membenarkan kegiatan yang baik itu. Bukan lain adalah Al-Qur’an sendiri telah mengisyaratkan betapa mulianya dan betapa terpujinya kegiatan memperingati kelahiran para Nabi dan Rasul.

Share :