31. ADAB (ETIKA) DALAM ACARA WALIMAH DAN YANG DI UNDANGNYA

 
▪️ Untuk Ke Daftar Isi, Klik Di Sini: TERJRMAH KITAB QURROTUL 'UYUN
 31 

•【 ADAB (ETIKA) DALAM ACARA WALIMAH DAN YANG DI UNDANGNYA 】•


وَمِنْ آدَابَ الْاِجَابَةِ اَنْ لاَ يَقْصِدَ بِهَا قَضَاءَ شَهْوَةِ الْبَطْنِ، بَلْ يَنْوِيَ بِهَا اِتِّبَاعَ اَمْرِ الشَّارِعِ وَاِكْرَامَ اَخِيْهِ وَاَخَالَ السُّرُوْرِ عَلَيْهِ وَزِيَارَتَهُ وَصِيَانَةَ نَفْسِهِ عَنْ سُوْءِ الظَّنِّ بِهِ فِى امْتِنَاعِهِ

  Dan di antara etika mendatangi undangan walimah adalah tidak bermaksud mencari kesenangan nafsu perut belaka, tetapi harus mempunyai niat semata-mata karena mengikuti perintah syariat agama, menghormati sahabatnya, menziarahinya, menjaga diri dari buruk sangka sahabatnya yang akan timbul jika ia menolak undangannya. 

: ثُمَّ اَشَارَ اِلَى مَا يُجْتَنَبُ فِى الْوَلِيْمَةِ بِقَوْلِهِ

  Kemudian Ibnu Yamun menjelaskan hal-hal yang harus dijauhi di dalam acara walimah dengan ucapannya : 

وَالْيَجْتَنِبْ مَا شَاعَ فِى الْوَلاَئِمِ ¤ صَاحِ مِنَ الْمُنْكَرِ وَالْجَرَائِمِ

- Hindarilah kebiasaan di dalam acara walimah,
- Wahai kawan, dari hal-hal yang berbau kemungkaran dan perbuatan dosa.

كَجَمْعِهِ الرِّجَالَ وَالنِّسَاءَ ¤ مُحَرَّمٌ شَرْعًا وَطَبْعًا جَاءَ 

- Seperti berkumpul bebasnya antara laki-laki dan perempuan,
- Yang mana hal yang semacam itu di haramkan oleh syara dan tabiat.

وَقِسْ وَكَالْحِنَّا وَكَالْوَلاَوِلِ ¤ مِنَ الْحَرَائِرَاتِ عُوَا الْمَسَائِلِ 

- Dan qiaskanlah, (yakni termasuk perbuatan mungkar adalah) seperti laki-laki memakai pacar, juga kebiasaan yang dianggap jelek, 
- Dari wanita merdeka, maka jagalah dirimu dari hal-hal semacam itu.

وَالْخَمْرُ وَالسُّرْجُ مَعَ الْبَكَارَةِ ¤ مِنَ الْمُنَاكِرِ فَعُوا الْإِشَارَةِ 

- Dan juga semisal minuman khamer dan memamerkan darah perawan,
- Yang demikian itu adalah bagian dari perbuatan kemungkaran, maka jagalah dirimu dari semua yang aku isyarahkan ini.

اَخْبَرَ رَحِمَهُ اللّٰهُ اَنَّهُ

  Kemudian Ibnu Yamun r.a, menjelaskan, bahwa :

 يَجِبُ اجْتِنَابُ مَاشَاعَ وَذَاعَ فِى الْوَلاَئِمِ مِنَ الْمُنْكَرِ وَالْجَرَائِمِ مِنْ كُلِّ مَاهُوَ مُحَرَّمٌ شَرْعًا

  Wajib menjauhi kebiasaan yang sudah umum dalam suatu acara walimah, yakni perbuatan kemungkaran dan perbuatan dosa yang di haramkan syara.

 وَذَلِكَ كَاخْتِلاَطِ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ وَكَصَبْغِ الْعَرُوْسِ يَدَهُ بِالْحِنَّاءِ، سَوَاءٌ كَانَ بِحَضْرَةِ النِّسَاءِ كَمَا هِيَ عَادَةُ قَوْمٍ اَمْ لاَ.  وَكَالْوَلاَوِلِ مِنَ النِّسَاءِ الْحَرَائِرِ وَكَشُرْبِ الْخَمْرِ

  Seperti bercampurnya laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, dan mewarnai tangan pengantin laki-laki dengan semacam pacar, baik itu di depan para wanita seperti kebiasaan suatu kaum atau tidak. Dan kebiasaan jelek wanita merdeka. Dan adanya minuman minuman keras.

وَمَا جَرَتْ بِهِ عَادَةُ بَعْضِ الْجِهَالِ مِنَ الدُّخُوْلِ عَلَى الْعَرُوْسِ يَنْظُرُوْنَ دَامَ الْبَكَارَةِ وَيَلْعَبُوْنَ عَلَيْهِ

 Dan hal-hal yang biasa berlaku di kalangan orang orang jahil (bodoh) lainnya seperti memasuki kamar pengantin wanita untuk melihat darah perawan kemudian mereka bermain-main dengannya,

وَنَحْوِ ذَلِكَ مِنْ مُنْكَرَتِ الْوَلاَئِمِ الَّتِى لاَتُعَدُّ وَلاَتُخْصَى وَهِيَ تَخْتَلِفُ بِاخْتِلاَفِ الْمُدُنِ وَالْقُرَى وَالْاَعْرَافِ

  Serta berbagai bentuk kemungkaran dan kemaksiatan yang di gelar di tempat acara walimah yang tidak bisa di hitung jumlah dan jenisnya, tentunya karena perbedaan suatu negri, kampung dan adat istiadat.

فَيَتَعَيَّنُ عَلَى صَاحِبِ الْوَلِيْمَةِ اَنْ لاَ يَسْعَى فِى شَيْئٍ مِنْ ذَلِكَ وَاِلاَّ كَانَ مُتَعَرِّضًا لِسُخْطِ اللّٰهِ تَعَالَى وَمَقْتِهِ

  Oleh karena itu, menjadi kewajiban bagi orang yang mengadakan walimah untuk berusaha tidak mengadakan hal-hal seperti di atas, kecuali dia memang berani menghadapi murka Allah Swt, serta di benci-Nya.

 اَخْرَجَ اَبُو الْقَاسِمِ الْاَصْبِهَانِيُّ فِى : (التَّرْغِيْبِ وَالتَّرْهِيْبِ) لَهُ عَنْ اَنَسٍ مَرْفُوْعًا

  Syaikh Abu Qosim Al Asfahani telah menngeluarkan sebuah hadis marfu' di dalam kitabnya yang berjudul At-Tharghib Wat Tarhib dari Anas r.a, yang redaksinya sebagai berikut : 

(لاَ تَزَالُ لاَ اِلٰهَ اِلاَّ اللّٰهُ تَنْفَعُ مِنْ قَالَهَا، وَتَدْفَعُ عَنْهُمُ الْعَذَابَ وَالنَّقْمَةَ مَالَمْ يَسْتَخِفُّوْا بِحَقِّهَا

  "Tidak henti hentinya kalimat "Laa Ilaaha Illallooh" memberi manfaat kepada orang yang membacanya dan dapat menolak dari azab dan siksaan, selagi tidak menganggap remeh/meremehkan terhadap haknya kalimat tersebut. 

قَالُوْا : يَارَسُوْلَ اللّٰهِ ! وَمَا الْاِسْتِخْفَافُ بِحَقِّهَا ؟

  Para Sahabat bertanya: "ya Rasulallah, apakah yang di maksud dengan menganggap remeh/meremehkan terhadap haknya kalimat tersebut?" 

 قَالَ : (يَظْهَرُ الْعَمَلُ بِمَعَاصِيَ اللّٰهُ فَلاَ يُنْكِرُوْا وَلاَ يُغَيِّرُوْا

  Nabi Saw, menjawab, "Padahal sudah jelas (padahal sudah tahu, bahwa, apa yang dilihatnya) pada perbuatan manusia itu melakukan maksiat kepada Allah Swt, namun mereka tidak mengingkari dan enggan/tidak berusa untuk merubahnya/mencegahnya.

 وَاَخْرَجَ اَيْضًا : عَنْ عَبْدِ اللّٰهِ بْنِ عُمَرَ مَرْفُوْعًا : (مُرُوْا بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهُوْا عَنِ الْمُنْكَرِ قَبْلَ اَنْ تَدْعُوا اللّٰهَ فَلاَ يُسْتَجَابُ لَكُمْ وَقَبْلَ اَنْ تَسْتَغْفِرُوْهُ فَلاَ يُغْفَرُ لَكُمْ

  Di dalam hadis marfu' dari Abdullah Bin Umar r.a, juga dikatakan: "Perintahkanlah untuk berbuat baik dan cegahlah perbuatan mungkar, sebelum menjadikan sebab do'amu tidak di kabulkan dan permohonan ampunmu tidak diterima oleh Allah Swt.

 اِنَّ الْاَمْرَ بِالْمَعْرُوْفِ وَالنَّهْيَ عَنِ الْمُنْكَرِ لاَيَدْفَعُ رِزْقًا وَلاَ يُقَرِّبُ اَجَلاً

  Sesungguhnya amar ma'ruf nahi mungkar, (menyeru terhadap kebaikan dan mencegah kemungkaran) itu sama sekali tidak akan berpengaruh/ berefek terhadap tercegahnya/terhalangnya rezeki seseorang dan tidak akan berpengaruh/ berefek terhadap dekatnya ajal/kematian seseorang.

وَاِنَّ الْاَحْبَارَ مِنَ الْيَهُوْدِ وَالرُّهْبَانَ مِنَ النَّصَارَى لَمَّا تَرَكُوا الْاَمْرَ بِالْمَعْرُوْفِ وَالنَّهْيَ عَنِ الْمُنْكَرِ لَعَنَهُمُ اللّٰهُ عَلَى لِسَانِ اَنْبِيَائِهِمْ، ثُمَّ عُمُّوْا بِالْبَلاَءِ

  Sesungguhnya tokoh-tokoh yahudi dan pendeta nasrani ketika mereka meninggalkan ajakan amar ma'ruf nahi mungkar (yang di serukan oleh Nabinya), Allah Swt melaknat mereka melalui lisan para Nabinya, kemudian meratakan mereka dengan melandanya bencana." 

وَقَالَ الْاِمَامُ الْمُحَاسِبِيُّ : لاَيَحِلُّ لِصَاحِبِ الْوَلِيْمَةِ السُّكُوْتُ عَلَى مَا يَقَعُ فِيْهَا مِنَ الْمَنَاكِرِ بِوَجْهٍ اِذَا الْحَقُّ حَقُّهُ فِى مَنْزِلِهِ. اِنْتَهَى

  Imam Al Muhasibi berkata: "Bagi shohibul walimah tidak halal/tidak boleh diam saja terhadap kemungkaran-kemungkaran yang seandainya terjadi di dalam acara walimah.

  Dengan jalan apapun dia harus menghentikannya. jika jelas terjadi di dalam rumahnya, (maka dialah yang berhak berbuat sesuatu untuk mencegahnya)."

 وَقَوْلُهُ : اَلْوَلاَئِمَ، جَمْعُ وَلِيْمَةٍ، وَهِيَ : اِسْمٌ لِكُلِّ طَعَامٍ يُتَّخَذُ لِجَمْعٍ

 Dan adapun ucapan Ibnu Yamun dalam lafaz, "Al Walaaimu" yang terdapat dalam nadzom :
وَالْيَجْتَنِبْ مَا شَاعَ فِى الْوَلاَئِمِ ¤ صَاحِ مِنَ الْمُنْكَرِ وَالْجَرَائِمِ
  Itu jamak dari mufrod lafaz "Waliimatun". Dan "Waliimatun" itu adalah nama bagi setiap makanan yang husus di ambil/husus disuguhkan kepada orang-orang yang berkumpul saat acara.

وَقَالَ ابْنُ فَارِسٍ : هِيَ طَعَامُ الْعُرْسِ. قَالَهُ فِى (الْمِصْبَاحِ) وَمَا لِابْنِ فَارِسٍ هُوَ الْمَشْهُوْرُ وَاَمَّا غَيْرُهُ مِنَ الْاَطْعِمَةِ فَلِكُلِّ اسْمٍ يَخُصُّهُ

  Dan berkata Ibnu Faris: "Walimah itu adalah makanan husus dalam acara pengantin". Sebagai mana yang ia katakan di dalam kitab Al Misbah. Dan pendapat Ibnu Faris inilah pendapat yang paling masyhur. [SII Group].

Share :

0 Response to "31. ADAB (ETIKA) DALAM ACARA WALIMAH DAN YANG DI UNDANGNYA"

Posting Komentar