05. PERSOALAN KE: 3 - TENTANG TALQIN MAYIT

 
▪️ Untuk Ke Daftar Isi, Klik Di Sini: TERJRMAH KITAB HUJJAH AHLUSSUNNAH WAJAMA'AH
 05 
•【 PERSOALAN KE: 3 】•
"TENTANG TALQIN MAYIT"

•◈【 المِثَالُ الثَّالِثُ : التَّلقِيْنُ  لِلمَيّتِ 】◈•

  Yaitu membahas masalah: "Tentang Talqiin Mayit"

قال ابنُ تَيْمِيَّۃَ فِی فَتَاويهِ (الجزء الاول) هٰذَا التلقينُ المَذْكُور يعنِی تَلْقِينُ الميتِ بَعد الدَّفْنِ قَدْ ثَبّتَ عَنْ طَاءِفَۃٍ من الصحابَۃِ اَنَّهُمْ اَمَرُوا بهِ كَاَبِی اُمَامَۃ البَاهِلِی وغيرِهِ

  Syaikh Ibnu Taimiyyah berkata dalam kitab Fatawi karya beliau juz awal: "Talqin terhadap mayit sesudah di kubur, itu benar-benar telah di tetapkan oleh sekelompok golongan sahabat Nabi. Dan mereka memerintahkan talqin pada mayit. Seperti sahabat Umamah Al bahily dan yang lainnya."(Artinya talqin itu bukan sesat atau bid'ah).

وَرُوِیَ فِيهِ حَدِيثٌ عَنِ النَّبِیِّ ﷺ لٰكِنَّهُ مِمَّا لَايُحْكَمُ بِصِحَّتِهِ وَلَم يَكُنْ كَثِيرٌ من الصّحَابَۃِ يَفْعَلُ ذلك، فَلِهٰذَا قال الامام اَحمَدُ وَغَيرُهُ مِنَ العُلَمَاءِ

  Dan dalam masalah talqin mayit ini, ada dasar hadits dari Nabi Saw, Akan tetapi hadits tersebut tidak di kukuhkan keshohihannya, dan tidak banyak dari sahabat yang melakukannya. Dan Karena pendapat ini, maka Imam Ahmad dan yang lainnya, dari para ulama mengatakan:

اِنَّ هٰذَا التلقِينُ لَا بَأْسَ بِهِ فَرَخَّصُوا فِيهِ وَلَمْ يَأْمُرُ بِهِ

  "Sesungguhnya talqin ini tidaklah masalah bila dilakukan, (yakni tidak sesat tidak pula haram)" Artinya bahwa para ulama memperbolehkannya, tapi tidak menganjurkan untuk melakukannya.

وَاسْتَحَبَّهُ طَاءِفَۃٌ مِنْ اصْحَابِ الشَّافِعِی وَاَحْمَدَ

  Akan tetapi menurut sekelompok ulama dari penganut madzhab Syafi'i dan imam Ahmad mengatakan bahwa, talqin itu termasuk sunnah hukumnya.

وَكَرِهَهُ طَاءِفَۃٌ من اصْحَابِ مَالِكٍ وَغَيرِهِمْ

  Namun kelompok dari penganut madzhab imam Maliki dan yang lainya mengatakan bahwa talqin itu makruh hukumnya.

اَمَّا الحِديثُ الذی قال انَّهُ لَا يُحْكَمُ بِصِحَّتِهِ فَهٰذَا لَفْظُهُ

  Adapun hadits tentang anjuran talqin yang menurut para ulama tidak di kukuhkan kesohehannya, maka inilah lafadz haditsnya:

قال ابو اُمَامَۃَ البَاهِلِی : "اذا مَا مِتُّ فَاصْنَعُوا بِی كَمَا اَمَرَنَا رَسُولُﷲ ﷺ بِمَوتَنَا

  "Abu Umamah berkat: "Kelak kalau aku mati, maka lakukanlah sebagaimana yang telah di perintahkan Rosululloh Saw, padaku, Beliau telah menyuruhku untuk melakukannya terhadap orang yang meninggal dari golonganku."

اَمَرَنَا رسولُ ﷲ ﷺ فقال

  "Rosululloh Saw, memerintahkan padaku, dan beliau bersabda: 

اِذَا مَاتَ اٰحَدٌ من اِخْوَانِكُمْ فَسَوَّيتُمُ التُّرَابَ عَلٰی قَبْرِهِ, فَلْيَقُمْ اَحَدُكُمْ عَلٰی رَأْسِ قَبْرِهّ ثُمَّ لْيَقُلْ : يا فُلان بن فُلَانَۃ فَاِنَّهُ يَسْمَعُهُ وَلَا يُجِيبُ

  "Ketika ada dari saudaramu yang meninggal, maka ratakanlah tanah kuburannya, kemudian salah satu dari kalian berdirilah di depan posisi kepala yang di kubur. Lalu berkatalah "Hai fulan bin fulanah (sebut nama ibunya). Karena si mayit akan bisa mendengar akan tetapi tidak bisa menjawabnya."

ثُمَّ لْيَقُلْ يَا فلان بن فلانۃ فانه يسْتَوی قاعدًا

  Kemudian katakanlah ke dua kalinya: "Hai fulan bin fulanah!, Maka sesungguhnya si mayit akan bangun dan duduk".

ثُمَّ لْيَقُلْ : يَا فُلَان بن فلانۃ فانهُ يَقُولُ أَرْشِدْنَا يَرْحَمُكَ، وَلٰكِنْ لَاتَشْعُرُونَ

  Lalu panggillah ketiga kalinya: "Hai fulan bin fulanah!, maka sesungguhnya ia akan berkata: "Berikanlah aku petunjuk, semoga Alloh melimpahkan rahmat padamu". Akan tetapi kalian semua tidak bisa merasakannya".

فَلْيَقُل : اُذْكُرْ مَا خَرَجْتَ عَلَيهِ مِنَ الدنيا شَهَادَۃُ اَنْ لَااِلٰهَ اِلَّاﷲ وَاَنَّ ﷴًا عَبْده ورَسُولُهُ. وَاِنَّكَ رَضِيتَ بِاللّٰهِ رَبًا وبالاسلامِ دِينًا وبمُحَمَّدٍ نَبيًا وَبِالقُرْآنِ اِمَامًا. فَانَّ مُنْكَرًا ونكيرًا يَأْخُذُ كُلُّ وَاحِدٍ منهما بِيَدِ صَاحِبِهِ وَيَقُولُ اِنْطَلِقْ بِنَا مَايُقْعِدُنَا؟

  Kemudian katakanlah: "Ingatlah kamu, ketika kamu belum meninggal dunia kamu bersaksi bahwa tiada tuhan selain Alloh dan Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan Alloh.

  Kamu juga telah ridho kalau Alloh itu sebagai tuhanmu, islam sebagai agamamu, Muhammad sebagai Nabimu dan Al qur'an sebagai imam bagimu".

  Maka pada saat itu sesungguhnya salah satu dari malaikat mungkar nakir akan menggandeng tangan temannya seraya berkata: "Ayo, kita pergi aja, buat apa kita disini".

فقال رجل يا رسول ﷲ فَاِنْ لَمْ نَعْرِفْ اُمَّهُ؟ قال تَنْسِبُهُ الی الحواء  يَا فُلان بن حَوَاء

  Lalu ada seseorang yang bertanya, "Ya Rosulalloh, kalo kami tidak tahu nama ibunya bagaimana?", 

  Rosulalloh Saw, menjawab: "Nasabkan saja pada ibu hawa, Katakan: "Hai fulan bin Hawa".

يَقُولُ الشَّوكانِی : قال الحافِظ فِی كِتَابِه التَّلْخِيصِ "هٰذَاالحَدِيثُ اِسْنَادُهُ جَيِّدٌ وَاَيَّدَهُ الضِّيَاءُ فِی كِتَابِهِ المُخْتَارَۃِ والاحكام

 Syaikh Syaukani berkata: "Syeh Al hafidz mengatakan dalam kitab Takhlish karyanya: "Hadits (tentang talqin) ini, sanadnya bagus, dan Syaikh Ad dhiyya juga mengukuhkan demikian dalam kitab Mukhtarah dan kitab Al ahkam karyanya."

اَقُولُ فَفِی التلقِينِ خِلَافٌ فِقْهِیٌّ فَهُوَ مِمَّا يَنْبَغِی عَدَمُ تَبَادُلِ الانكَارِ بِشَأْنِهِ بَلهَ التَّشَدُّدِ والتّعَادِی مِنْ جَرَاءِهِ

  Dan aku katakan bahwa dalam masalah talqin itu banyak perbedaan pendapat secara hukum fikih, Tapi masalah ini adalah suatu hal yang tidak seharusnya di ingkari (di larang). Dengan melemahkan hal yang sudah kuat (karena berdasar pada dalil), dan tidak seharusnya di ingkari pula dengan melemahkan semangat orang yang sudah biasa melakukannya.

زِيَادَۃٌ مِنَ الفَقِيرِ : وَعَنْ ضَمْرَۃْ بن حُبَيبٍ رضیﷲ عنه احدِ التَّابِعِينَ قَالَ

  Ziyadah dari alfaqiir, yakni penyusun:

  Diriwaytkan dari Dhomroh bin Hubaib r.a, salah seorang dari tabi'in, Beliau brkata:

كَانُوا يَسْتَحِبُّونَ اِذَا سُوِّیَ علٰی المَيِّتِ قَبْرُهُ وانْصَرَفَ النَّاس عنهُ انْ يُقَالَ عند قَبْرِهِ

  "Mereka para tabi'in juga menyunahkan bahwa, ketika kuburan sudah rapi dan para pengiring jenazah sudah pulang, agar di katakan di dekat kuburnya:

يَا فُلَان قُلْ لَااِلٰهَ اِلَّاﷲ ثَلَاثَ مَرّاتٍ، يافلان قُلْ رَبِّیَﷲ وَدِينِی الاسلام ونبِيّی ﷴٌ . رواه سعيد ابن منصور مَوقُوفًا وَلِلطَّبرَانِی نحوه من حديث ابی اُمامۃ مرفوعا مُطَوَّلًا

 "Wahai fulan, katakanlah: "Laa ilaaha illalloh", dengan di ulang tiga kali,

  Lalu di lanjutkan: "Wahai fulan, katakanlah bahwa tuhanku adalah Alloh, agamaku adalah islam, Nabi panutanku adalah nabi Muhammad Saw."

 Sa'id bin Mansur meriwayarkan hadits ini secara mauquf.

 Imam Thabrani juga meriwayatkan yang serupa dengan hadits ini, dari Abi umamah, dan merupakan hadits marfu', dengan kalimat hadits yang panjang pula. [SII Group].

Share :

0 Response to "05. PERSOALAN KE: 3 - TENTANG TALQIN MAYIT"

Posting Komentar