29. HUKUM MENGADAKAN WALIMATUL 'URUSY

 
▪️ Untuk Ke Daftar Isi, Klik Di Sini: TERJRMAH KITAB QURROTUL 'UYUN
 29 

•【 HUKUM MENGADAKAN WALIMATUL 'URUSY 】•


ثُمَّ اَشَارَ اِلَى مَايُطْلَبُ فِى الْوَلِيْمَةِ بِقَوْلِهِ

  Kemudia Ibnu Yamun memberi isyarah pada apa-apa yang di perlukan dalam walimah (pesta pernikahan) dengan ucapannya :

وَلْيُوْلِمَنْ صَاحِ وَلَوْ بِشَاةِ ¤ كَمَا اَتَى نَقْلاً عَنِ الرُّوَاةِ 

- Wahai kawan, (jika engkau melaksanakan akad nikah), hendaklah mengadakan walimah, walaupun hanya dengan seekor kambing,
- Sebagai mana keterangan yang di ambil dari para perawi hadits.

اَخْبَرَ رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَى اَنَّ وَلِيْمَةَ الْعُرْسِ مَطْلُوْبَةٌ

  Syaikh penazham rohimahulloh menjelaskan, bahwa walimah itu di perlukan.

وَهَلْ عَلَى سَبِيْلِ الْوُجُوْبِ اَوِ الْاِسْتِحْبَابٍ ؟ قَوْلاَنِ

  Mengenai apakah hukum walimah itu wajib atau sunah, dalam hal ini ada dua pendapat, yaitu :

وَيُسْتَحَبُّ كَوْنُهُمَا بَعْدَ الْبِنَاءِ، وَيَحْصُلُ الْمُسْتَحَبُّ بِمَا قَدِرَ عَلَيْهِ مَالَمْ يَكُنْ سَرَفًا اَوْ مُبَاهَاةً

- Pendapat yang pertama mengatakan: Disunahkan mengadakan walimah setelah melewati malam pertama (setelah bersetubuh), dan kesunahan tersebut sudah terpenuhi/di anggap cukup dengan sesuatu yang ia sanggup atasnya,

  Selagi sesuatu tersebut tidak berlebihan/ tidak tergolong pemborosan dan tidak tergolong sia-sia.

وَاَقَلُّ ذَلِكَ شَاةٌ لِمَا فِی (صَحِيْحُ الْبُخَارِيُّ) عَنْ اَنَسٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ، قَالَ

  Dan minimalnya walimah (bagi yang mampu) itu adalah, dengan menyembelih seekor kambing, karena ada hadits Imam Bukhari dari Anas r.a, bahwa ia berkata: 

(مَا اَوْلَمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ عَلَى شَيْئٍ مِنْ نِسَائِهِ مَا اَوْلَمْ عَلَى زَيْنَبَ اَوْلَمْ بِشَاةٍ

  "Nabi Saw, saat menikahi semua istri istrinya, beliau tidak mengadakan walimah dengan mengunakan sesuatu yang melebihi walimah yang diadakan ketika menikah dengan sayyidatina Zainab r.a, yaitu beliau mengadakan walimah dengan menyembelih seekor kambing". 

وَعَنْ اَنَسٍ اَيْضًا : اَنَّ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ، جَاءَ اِلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ، وَبِهِ اَثَرُ صَفْرَةٍ

  Juga ada hadis dari Anas r.a, bahwa: "Abdur Rahman bin Auf r.a, datang kepada Rasululloh Saw, saat pada dirinya masih ada bekas-bekas kuning. 

 فَسَأَلَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ، فَأَخْبَرَهُ اَنَّهُ تَزَوَّجَ امْرَأَةً مِنَ الْاَنْصَارِ

  Nabi Saw. menanyakannya dan dia pun menjawab, bahwa ia baru saja menikah dengan wanita dari golongan anshor. 

قَالَ : (كَمْ سُقْتَ اِلَيْهَا ؟) قَالَ : زِنَةُ نَوَاةٍ مِنْ ذَهَبٍ

  Nabi Saw, kemudian bertanya, 'Engkau memberi maskawin kepadanya?" Abdur Rahman menjawab, "Maskawin yang saya berikan kepadanya hanya berupa emas seberat biji kurma".

قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : (اَوْلَمْ وَلَوْ بِشَاةٍ) فَإِنْ لَمْ يَقْدِرْ عَلَى الشَّاةِ فَبِمُدَّيْنِ مِنْ شَعِيْرِ

  Kemudian Rasululloh Saw, bersabda: "Buatlah walimah, walaupun hanya dengan menyembelih seekor kambing, apabila kamu tidak mampu, maka adakanlah walimah dengan 2 mud gandum (1 kg, 250 ons).

 وَهُوَ اَقَلُّ مَا أَوْلَمَ بِهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ عَلَى بَعْضِ اَزْوَاجِهِ

  Dan dengan 2 mud gandum inilah jumlah minimal yang juga digunakan untuk walimah oleh Nabi Saw, saat menikahi istri-istri beliau.

فَفِى (صَحِيْحِ الْبُخَارِيِّ) عَنْ صَفِيَّةَ بِنْتِ شَيْبَةَ، قَالَتْ : اَوْلَمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ، عَلَى بَعْضِ نِسَائِهِ بِمُدَّيْنِ مِنْ شَعِيْرٍ

  Dan di dalam shahih Imam Bukhari terdapat hadits yang diriwayatkan dari Shafiyah binti Syaibat, bahwa ia berkata: "Nabi Saw, mengadakan walimah saat menikah dengan sebagian istri-istri beliau cukup dengan 2 mud gandum. 

 وَاَوْلَمَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ اَيْضًا عَلَى صَفِيَّةَ بِنْتِ حُيَيٍّ بِحَيْسٍ وَهُوَ السَّمْنُ وَالتَّمْرُ وَالْاَقِطُ، قَالَ الرَّاجِزُ

   Beliau juga saat mengadakan walimah dengan Shafiyah binti Huyaiy hanya dengan mengunakan haes, yaitu yang di dalamnya ada bubur samin, kurma, dan susu kental"

  Dalam hal haes ini, sebagaimana kata penyair yang terdapat dalam nafzom bernada bahar rojas, sebagai berikut:

اَلسَّمْنُ وَالتَّمْرُ كَذَاكَ وَالْاَقِطْ ¤ اَلْحَيْسُ اِلاَّ اَنَّهُ لَمْ يَخْتَلِطْ

- Bubur samin, kurma dan susu kental,
- Itulah yang dinamakan haes, hanya saja (antara 3 jenis) yang disebut dalam kata haes itu tidak diaduk jadi 1, (yakni: kalau di jawa/indonesia, katakanlah semisal berkat).

وَفِى (صَحِيْحِ الْبُخَارِيِّ) عَنْ اَنَسِ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ، قَالَ : اَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ بَيْنَ خَيْبَرَ وَالْمَدِيْنَةِ ثَلاَثًا،  يُبْنَى عَلَيْهِ بِصَفِيَّةِ بِنْتِ حُيَيٍّ

  Di dalam Shahih Bukhari terdapat hadits yang diriwayatkan dari Anas r.a, bahwa Ia berkata: "Nabi Saw, pernah singgah diantara Khaibar dan Madinah selama tiga malam dimana beliau mengadakan pesta pernikahan dengan Shafiyah binti Huyaiy,

فَدَعَوْتُ الْمُسْلِمِيْنَ اِلَى وَلِيْمَتِهِ فَمَا كَانَ فِيْهَا مِنْ خُبُزٍ وَلاَ لَحْمٍ

  Kemudian saya mengundang kaum muslimin untuk menghadiri walimahnya, yang dalam walimah itu hanya ada roti tanpa ada daging,

 اَمَرَ بِالْاَنْطَاعِ فَالْقِيَ فِيْهَا مِنَ التَّمْرِ وَالْاَقِطِ وَالسَّمْنِ فَكَانَتْ وَلِيْمَتُهُ

  Dan di situ beliau hanya menyuruh dihamparkannya tikar-tikar, lalu diletakkan di atasnya kurma, keju dan samin, maka itulah walimah beliau.

 فَقَالَ الْمُسْلِمُوْنَ : اِحْدَى اُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ، اَوْ مِمَّا مَلَكَتْ يَمِيْنُهُ ؟

  Lalu kaum muslimin saling bertanya-tanya, "Apakah Shafiyah binti Huyaiy termasuk ummul mu'minin atau hamba sahaya beliau?"

 فَقَالُوْا : اِنْ حَجَبَهَا فَهِيَ مِنْ اُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَاِنْ لَمْ يَحْجُبْهَا فَهِيَ مِمَّا مَلَكَتْ يَمِيْنُهُ

  Lalu di antara mereka ada yang menjawab, "Apabila nanti beliau menutupi shafiyah dengan kain satir, maka Shafiyah termasuk ummul mu'minin. Tapi jika beliau tidak menutupinya, maka Shafiyah termasuk hamba sahaya beliau".

 فَلَمَّا ارْتَحَلَ وَطَّى لَهَا خَلْفَهُ وَمَدَّ الْحِجَابَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ النَّاسِ

  Kemudian ketika berangkat (untuk melanjutkan perjalanannya), beliau membuatkan tempat duduk untuk Shafiyah di belakang Rasulullah Saw. Dan beliau menjulurkan hijab antara Shafiyah dan kaum muslimin."

 وَمِمَّا يُطْلَبُ فِى الْوَلِيْمَةِ اَنْ يَقْصِدَ بِهَا اِتِّبَاعَ السُّنَّةِ وَتَسْلِيَةَ قُلُوْبِ الْاِخْوَانِ 

  Dan termasuk sesuatu yang di anjurkan di dalam walimah adalah, hendaklah Shohibul walimah bertujuan mengikuti sunah Nabi dengan walimah tersebut, serta bertujuan menyenangkan hati/menghibur teman-teman.

وَاَنْ يَقْصِدَ بِطَعَامِهِ الْاَخْيَارَ دُوْنَ الْاَشْرَارِ 

  Dan juga hendaklah ia memberi makanan tersebut kepada orang yang baik-baik (sholeh-sholeh) saja, jangan kepada orang yang tergolong tidak baik, (fasiq).

قَالَ ابْنُ الْعِمَادِ الْاَقْفَهْسِيُّ

  Ibnu Al-'Imaad Al-Aqfahsiy berkata dalam sya'irnya :

وَاخْصِصْ بِدَعْوَتِكَ الْاَبْرَارَ وَادْعُهُمُوْ ¤ وَدَعْ ذَوِى الْفِسْقِ تَحْوِی الرُّشْدَ فِى عَمَلِ 

- Khususkanlah undanganmu kepada orang-orang yang baik (sholeh-sholeh), dan undanglah mereka,
- Dan tinggalkanlah orang orang fasiq, maka (yang demikian itu) kamu akan mendapat petunjuk di dalam beramal.

وَعَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ اَنَّهُ قَالَ : نَهَانَا رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ عَنْ اِجَابَةِ طَعَامِ الْفَاسِقِيْنَ. اِنْتَهَى

  Dan diriwayatkan dari Imron bin Hasini, bahwa ia berkata: "Rasululloh Saw, Melarang mendatangi undangan untuk makan bersama orang-orang fasiq" 

 وَاَنْ لاَ يُهْمِلَ اَقَارِبَهُ وَاَصْدِقَاءَهُ، فَإِنَّ فِى تَخْصِيْصِ الْبَعْضِ اِيْحَاشًا لِلْبَاقِيْنَ. اھـ

  Dan dalam undangan walimah hendaklah tidak mengabaikan para kerabat dan sahabat karib. Karena sesungguhnya mengkhususkan undangan hanya untuk sebagian kerabat atau hanya untuk sebagian sahabat, akan menimbulkan rasa kurang enak dan kecurigaan terhadap yang lainnya. [SII Group]. 

Share :

0 Response to "29. HUKUM MENGADAKAN WALIMATUL 'URUSY"

Posting Komentar