BAB-6B. Dalil-Dalil Dzikir Termasuk Dalil Dzikir Secara Jahar (Agak Keras)



  Pada bab ziarah kubur disitus ini, kami telah menerangkan manfaat majlis dzikir (Tahlil dan bacaannya, Talqin dan lain-lain), marilah kita sekarang meneliti dalil-dalil mengenai berkumpulnya orang-orang untuk berdzikir pada Allah swt..

Termasuk juga dalam kategori dzikir ialah pembacaan Tahlil, Talqin, Istighothah, peringatan-peringatan keagamaan (maulud, isra’ mi’raj Nabi saw) dan sebagainya. Dengan adanya dalil-dalil berikut ini, para pembaca bisa menilai sendiri apakah kumpulan/majlis dzikir ,yang contohnya telah dikemukakan diatas, dilarang oleh syariat islam , sebagaimana yang digembar-gemborkan oleh para pengingkar majlis/kumpulan dzikir.

Apa makna/arti Dzikir yang selalu disebut-sebut dalam ayat al Qur’an dan hadits? Menurut pendapat para ulama yang dimaksud Dzikir ialah: ‘mengingat pada Allah swt.'. Makna ini mencakup segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia untuk mengingat pada Allah swt. dan Rasul-Nya, misalnya; sholat, bertasbih, bertahlil, bertakbir, majlis ilmu, memuji Allah dan Rasul-Nya, menyebutkan sifat-sifat kebesaran-Nya, sifat-sifat keindahan-Nya, sifat-sifat kesempurnaan yang telah dimiliki-Nya, membaca riwayat para utusan Allah dan sebagainya. Tidak lain semuanya ini untuk lebih mendekatkan diri kita pada Allah swt sehingga kita mencintai dan dicintai Allah swt. dan Rasul-Nya.

Al-Hafidh Ibn Hajar Al-Asqalani dalam Al-Fath Al-Bari X1:209 mengatakan:

“Yang dimaksud dengan dzikir adalah mengucapkan kata-kata yang diperintahkan untuk diperbanyak pengucapannya. Hal ini seperti Al-baqiyat ash-shalihat (amal sholeh yang kekal manfaatnya) berupa dzikir;. Suhhanallah wal-hamdulillah, wa la ilaha illallah wallahu Akbar (Maha suci Allah, segala puji hanya milik Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan Allah itu Mahabesar). Juga seperti dzikir-dzikir yang lainnya, yaitu membaca hauqalah (la haula wa la quwwata illa billah, [tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah] ), basmalah (bismillah ar-Rahman ar-Rohim [dengan nama Allah yang Pengasih dan Penyayang] ), istighfar (astaghfirullah, [aku mohon ampunan dosa dari Allah] ), hasbalah(hasbunallah wa ni’ma al-wakil, ni’ma al-maula wa ni’ma an-nashir [cukuplah bagi kami Allah, dan Dia sebaik-baik pelindung, sebaik-baik majikan dan sebaik-baik penolong] ). Demikian pula do’a (permohonan) untuk kemaslahatan/ kebaikan dunia dan akhirat.

Secara mutlak ,menurut Ibn Hajar selanjutnya, dzikir juga berarti mengamalkan secara terus menerus apa yang diwajibkan atau dianjurkan oleh Allah swt., seperti membaca Alqur’an, membaca hadits, belajar atau menuntut ilmu, juga melakukan sholat sunnah. Dzikir juga kadang-kadang berupapelafalan/pengucapan dengan lidah dan orang yang mengucapkannya berpahala. 

Dalam dzikir semacam ini tidak disyaratkan untuk menghadirkan hati –atau mengkhusyu’kannya– hanya tidak boleh mempunyai tujuan selain yang sesuai dengan yang dibaca. Tetapi, jika dzikir semacam ini diikuti dengan penghayatan oleh hati, maka itu lebih sempurna. Dan jika dzikir tersebut disertai pemaknaan dan penghayatan seperti mengakui keagungan Allah dan membersihkan atau mensucikan-Nya dari segala sifat kekurangan, maka dzikir tersebut semakin sempurna.

Jika –pemaknaan dan penghayatan mendalam seperti itu– terjadi pada setiap amal sholeh (perbuatan yang bagus) –baik yang diwajibkan, berupa sholat, jihad maupun selain keduanya– maka hal itu akan lebih menambah kesempurnaan ibadah yang dilakukan. Apalagi jika tawajjuh (menghadapkan jiwa raga kepada Allah) dapat dilurus kan (dibenarkan) disertai keikhlasan yang sungguh-sungguh, maka kesempurnaannya semakin bertambah. 

Ibnu Hajar selanjutnya mengatakan bahwa Al-Fakhr Ar-Razi berkata: ‘Yang dimaksud dzikir dengan lisan itu ialah (pengucapan) kata-kata yang mengandungtasbih [menyucikan Allah], tahmid [memuji Allah] dan tamjid (memuliakan dan mengagungkan Allah swt.]. Sedang yang dimaksud dengan dzikir qalb(dalam hati) ialah berpikir mengenai dalil-dalil atau bukti-bukti mengenai Dzat Allah, sifat-sifatNya dan yang berkaitan dengan taklif [kewajiban yang dibebankan oleh syariat] berupa perintah dan larangan. Dengan begitu, orang yang berdzikir akan mengetahui hukum-hukum serta rahasia-rahasia Allah yang ada pada (semua) makhluk-Nya.

Sedangkan dzikir dengan anggota tubuh (lainnya) ialah bahwa anggota tubuh semuanya dipergunakan –secara optimal atau penuh– dalam taat kepada Allah swt.. Meskipun demikian, Allah swt. menyebut sholat itu sebagai dzikir. Seperti difirmankan-Nya:..maka pergilah (untuk menuju) ke dzikrullah(sholat jumat). 

Diriwayatkan dari sebagian al-‘arifin –ahli tauhid– bahwa dzikir itu dilakukan lewat tujuh segi; yaitu dzikir mata dengan menangis; dzikirtelinga dengan mendengarkan (ajaran Allah); dzikir lidah dengan menyanjung atau memuji Allah swt; dzikir kedua tangan dengan memberi infak,sedekah, zakat, hadiah dan lain-lainnya; dzikir badan dengan al-wafa (memenuhi tuntutan dan janji); dzikir hati dapat dilakukan dengan adanyakhauf (rasa takut akan murka Allah), dan raja’ (penuh pengharapan terhadap rahmat dan karunia Allah swt) serta dzikir ar-ruh dengan berserah diri kepada ketentuan Allah serta ridho/rela atas apa yang ditentukannya”.
Demikianlah menurut Ibnu Hajar Al-‘Asqalani.

Sedangkan dalam buku Fiqih Sunnah oleh Sayid Sabiq jilid 4 hal. 247 cet. pertama th.1978B ditulis, bahwa Imam Qurtubi berkata: “Majlis dzikir maksudnya ilmu dan peringatan yakni majlis dimana disebut firman-firman Allah dan sunnah-sunnah Rasul-Nya. Begitupun berita-berita (riwayat-riwayat) mengenai orang-orang sholeh dari golongan Salaf, ucapan-ucapan imam dahulu yang zuhud, yang bebas dari bid’ah dan hal yang dibuat-buat, bersih dari maksud jelek dan maksud serakah”.

Firman-firman Allah swt dan hadits-hadits yang berkaitan dengan dzikir (jahar maupun lirih), antara lain:

- Dalam surat Al-Ahzab 41-42 agar kita banyak berdzikir, yang artinya sebagai berikut: “Hai orang-orang yang beriman! Berdzikirlah kamu pada Allah sebanyak-banyak- nya, dan bertasbihlah pada-Nya diwaktu pagi mau pun petang!”.

- Dalam surat Al-Baqarah :152 Allah berfirman:

فَاذْكُرُونِي أذْكُرْكُمْ ...........

Artinya: “Berdzikirlah (Ingatlah) kamu pada-Ku, niscaya Aku akan ingat pula padamu! ”

- Dalam surat Ali Imran :191:

اَلَّذِيْنَ يَذْكُرُونَ اللهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنوُبِهِم

Artinya: “...Yakni orang-orang dzikir pada Allah baik diwaktu berdiri, ketika duduk dan diwaktu berbaring”.

- Dalam surat Al-Ahzab :35:

وَالذَّاكِرِيْنَ اللهَ كَثِيْرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللهُ لَهُمْ مَغْفِرَة وَأجْرًا عَظِيْمٌا

Artinya: “Dan terhadap orang-orang yang banyak dzikir pada Allah, baik laki-laki maupun wanita, Allah menyediakan keampunan dan pahala besar”.

- Dalam surat Ar-Ro’d : 28:

الَّذِيْنَ آمَنُوا وَ تَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللهِألآ بِذِكْرِ الله تَطْمَئِنُّ الـقُلُوبُ

Artinya: “Yaitu orang-orang yang beriman, dan hati mereka aman tenteram dengan dzikir pada Allah. Ingatlah dengan dzikir pada Allah itu, maka hatipun akan merasa aman dan tenteram”.

- Dalam hadits qudsi, dari Abu Hurairah, Rasulallah saw. bersabda : Allah swt.berfirman :

اَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْـدِي بِي, وَاَنَا مَعَهُ حِيْنَ يَذْكـرُنِي, فَإنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإنْ ذَكَرَنِي فِي مَلاَءٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلاَءٍ خَيْرٍ مِنْهُ وَإنِ اقْتَرَبَ اِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إلَيْهِ ذِرَاعًا وَإنِ اقْتَرَبَ إلَيَّ ذِرَاعًا اقْتَرَبْتُ إلَيْهِ بَاعًـا وَإنْ أتَانِيْ يَمْشِي أتَيْتُهُ هَرْوَلَة

Artinya: "Aku ini menurut prasangka hambaKu, dan Aku menyertainya, dimana saja ia berdzikir pada-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam hatinya, maka Aku akan ingat pula padanya dalam hati-Ku, jika ia mengingat-Ku didepan umum, maka Aku akan mengingatnya pula didepan khalayak yang lebih baik. Dan seandainya ia mendekatkan dirinya kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekatkan diri-Ku padanya sehasta, jika ia mendekat pada-Ku sehasta, Aku akan mendekatkan diri-Ku padanya sedepa, dan jika ia datang kepada-Ku berjalan, Aku akan datang kepadanya dengan berlari”. (HR. Bukhori [X11:384] , Muslim, Turmudzi, Nasa’i, Ibnu Majah dan Baihaqi).

- Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab Al-Fath Al-Bari X111:387 mengatakan: “Sebagian ahli sunnah memberikan jawaban (pemahaman) mengenai hadits (diatas) ini, bahwa kemungkinan yang dimaksud dengan al-mala’ (sekolompok makhluk) ,yang lebih baik daripada kelompok manusia muslim yang sedang berdzikir itu, ialah kelompok para nabi dan syuhada (yang mati syahid), karena mereka –sebagaimana diberitakan Al-qur’an– hidup disisi Tuhannya (bahkan diberi rizki)”.

- Allamah Al-Jazari dalam kitabnya Miftaahul Hishnil Hashin berkata : ‘Hadits diatas ini terdapat dalil tentang bolehnya berdzikir dengan jahar/agak keras’.

- Imam Suyuthi juga berkata: ‘Dzikir dihadapan orang orang (dalam hadits diatas) tentulah dzikir dengan jahar, maka hadits itulah yang menjadi dalil atas bolehnya’.
Al-Hafidh Al-Suyuti (lihat: Al-Hawi Lil Fatawi 1:389) mengatakan : “Dan berdzikir dalam sekelompok orang itu (yang tertulis dalam hadits itu) tidak terbukti kecuali dengan jahar”.

- Hadits qudsi dari Mu’az bin Anas secara marfu’: Allah swt.berfirman:

قَالَ اللهُ تَعَالَى: لاَ يَذْكُرُنِي اَحَدٌ فِى نفْسِهِ اِلاَّ ذَكّرْتُهُ فِي مَلاٍ مِنْ مَلاَئِكَتِي وَلاَيَذْكُرُنِي فِي مَلاٍ اِلاَّ ذَكَرْتُهُ فِي المَلاِ الاَعْلَي

Artinya: “Tidaklah seseorang berdzikir pada-Ku dalam hatinya kecuali Aku pun akan berdzikir untuknya dihadapan para malaikat-Ku. Dan tidak juga seseorang berdzikir pada-Ku dihadapan orang-orang kecuali Akupun akan berdzikir untuknya ditempat yang tertinggi’ “. (HR. Thabrani).
At-Targib wat-Tarhib 3/202 dan Majma’uz Zawaid 10/78. Al Mundziri berkata: ‘Isnad hadits diatas ini baik/hasan. Sama seperti pengambilan dalil yang dikemukakan tadi bahwa berdzikir dihadapan orang-orang maksudnya ialah berdzikir secara jahar ’ !

- Hadits dari Abu Hurairah sebagai berikut:

سَبَقَ المُفَرِّدُونَ , قاَلُوْا: وَمَا المُفَرِّدُونَ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ الذَّاكِرُونَ اللهَ كَثِيْرًاوَالذَّاكِرَاتِ (رواه المسلم)

Artinya: “Telah majulah orang-orang istimewa! Tanya mereka ‘Siapakah orang-orang istimewa?’ Ujar Nabi saw. ‘Mereka ialah orang-orang yang berdzikir baik laki-laki maupun wanita’ ”. (HR. Muslim).

- Hadits dari Abu Musa Al-Asy’ary ra sabda Rasulallah saw., yang artinya:
‘Perumpamaan orang-orang yang dzikir pada Allah dengan yang tidak, adalah seperti orang yang hidup dengan yang mati!” (HR.Bukhori).

- Dalam riwayat Muslim, yang artinya: “Perumpamaan perbedaan antara rumah yang dipergunakan dzikir kepada Allah didalamnya dengan rumah yang tidak ada dzikrullah didalamnya, bagaikan perbedaan antara hidup dengan mati”.

- Hadits dari Abu Sa’id Khudri dan Abu Hurairah ra. bahwa mereka mendengar sendiri dari Nabi saw. bersabda :

لاَ يَقْـعُدُ قَوْمٌ يَذْكُـرُنَ اللهَ تَعَالَى إلاَّ حَفَّتْـهُمُ المَلاَئِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمةُ, وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ وَذَكَرَهُمْ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

Artinya: “Tidak satu kaum (kelompok) pun yang duduk dzikir kepada Allah Ta’ala, kecuali mereka akan dikelilingi Malaikat, akan diliputi oleh rahmat, akan beroleh ketenangan, dan akan disebut-sebut oleh Allah pada siapa-siapa yang berada disisi-Nya”. (HR.Muslim, Ahmad, Turmudzi, Ibnu Majah, Ibnu Abi Syaibah dan Baihaqi).

- Hadits dari Mu’awiyah :

خَرَجَ رَسُولُ الله (صَ) عَلَى حَلَقَةِ مِنْ أصْحَابِهِ فَقَالَ: مَا اَجْلََسَكُم ؟ قَالُوْا جَلَسْنَا نَذْكُرُ اللهَ تَعَالَى وَنَحْمَدُهُ عَلَى مَا هَدَانَا لِلإسْلاَمِِ وَمَنَّ بِهِ عَلَيْنَا قَالَ: اللهُ مَا أجْلَسـَكُمْ إلاَّ ذَالِك ؟ قَالُوْا وَاللهُ مَا اَجْلَسَنَا اِلاَّ ذَاكَ. قَالَ : اَمَا إنِّي لَمْ أسْتَخْلِفكُم تُهْمَةُ لـَكُمْ, وَلَكِنَّهُ أتَانِي جِبْرِيْلُ فَأخْـبَرَنِي أنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يُبـَاهِي بِكُمُ المَلآئِكَةَ.

Artinya: “Nabi saw. pergi mendapatkan satu lingkaran dari sahabat-sahabatnya, tanyanya; ‘Mengapa kalian duduk disini?’ Ujar mereka: ‘Maksud kami duduk disini adalah untuk dzikir pada Allah Ta’ala dan memuji-Nya atas petunjuk dan kurnia yang telah diberikan-Nya pada kami dengan menganut agama Islam’. Sabda Nabi saw.; ‘Demi Allah tak salah sekali! Kalian duduk hanyalah karena itu'. Mereka berkata; Demi Allah kami duduk karena itu. Dan saya (Muhamad saw), saya tidaklah minta kalian bersumpah karena menaruh curiga pada kalian, tetapi sebetulnya Jibril telah datang dan menyampaikan bahwa Allah swt. telah membanggakan kalian terhadap Malaikat’ “. (HR.Muslim [1V:2075] )

- Diterima dari Ibnu mar bahwa Nabi saw. bersabda :

إذَا مَرَرْتُم بِرِيَاضِ الجَنَّة فَارْتَعُوْا, قَالُوا: وَمَا رِيَاضُ الجَنَّة يَا رَسُولُ الله ؟ قَالَ: حِلَقُ الذِّكْرِ فَإنَّ لِلَّهِ تَعَالَى سَيَّرَاتٍ مِنَ المَلآئِكَةَ يَطْلُبُونَ حِلَـقَ الذِّكْرِ فَإذَا أتَوْا عَلَيْهِمْ حَفُّوبِهِمْ

Artinya: “Jika kalian lewat di taman-taman surga, hendaklah kamu ikut bercengkerama! Tanya mereka; ‘Apakah itu taman-taman surga ya Rasulallah’? Ujar Nabi saw.; ‘Ialah lingkaran-lingkaran dzikir karena Allah swt. mempunyai rombongan pengelana dari Malaikat yang mencari-carilingkaran dzikir. Maka jika ketemu dengannya mereka akan duduk mengelilinginya”.

- Hadits riwayat Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulallah saw.bersabda :

وَعَنْ أبِيْ هُرَيْرَة(ر) قَالَ: قَالَ رَسُولُ الله .صَ.: إنَّ ِللهِ مَلآئِكَةً يَطًوفُونَ فِي الطُُّرُقِ يَلْتَمِسُـونَ أهْلَ الذِّكْرِ, فَإذَا وَجَدُوا قَوْمًا يَذْكُرُونَ اللهَ تَناَدَوْا: هَلُمُّـوْا إلَى حَاجَتِكُمْ فَيَحُفُّونَهُمْ بِأجْنِحَتِهِمْ إلَى السَّمَاءِ الدّ ُنْيَا, فَإذَا تَفَرَّقُوْا عَرَجُوْا وَصَعِدُوْا اِلَى السَّمَاءِ فَيَسْألُهُمْ رَبُّهُم ( وَهُوَ أعْلَمُ بِهِمْ ) مِنْ اَيْنَ جِئْتُمْ ؟ فَيَقُوْلُوْنَ : جِئْنَا مِنْ عِنْدِ عَبِيْدٍ فِي الاَرْضِ يُسَبِّحُوْنَكَ وَيُكَبِّرُوْنَكَ وَيُهَلِّلُوْنَكَ. فَيَقُوْلُ: هَلْ رَأوْنِي؟ فَيَقُولُوْنَ : لاَ, فَيَقُوْلُ : لَوْ رَأوْنِي؟ فَيَقوُلُوْنَ: لَوْ رَأوْكَ كَانُوْا اَشَدَّ لَكَ عِبَادَةً, وَاَشَدَّ لَكَ تَمْجِيْدًا وَاَكْثَرَ لَكَ تَسْبِيْحًا, فَيَقُـوْلُ : فَمَا يَسْألُوْنِى ؟ فَيَقـوُلُوْنَ : يَسْألُوْنَكَ الجَنَّةَ, فَيَقُوْلُ: وَهَلْ رَأوْهَا ؟ فَيَقُولُوْنَ: لاَ, فَيَقُوْلُ: كَيْفَ لَوْ رَأوْهَا ؟ فَيَقُولُوْنَ: لَوْ اَنَّهُمْ رَأوْهَا كَانُوْا اَشَدَّ عَلَيْهَا حِرْصًا وَ اَشَدَّ لَهَا طَلَبًا وَاَعْظَمَ فِيهَا رَغْبَةً. فَيَقُوْلُ: فَمِمَّ يَتَعَـوَّذُوْنَ؟ فَيَقُولُوْنَ: مِنَ النَّـارِ, فَيَقُوْلُ: وَهَلْ رَأوْهَا ؟ فَيَقُولُوْنَ : لاَ, فَيَقُوْلُ : كَيْفَ لَوْ رَأوْهَا ؟ فَيَقُولُوْنَ: لَوْ رَأوْهَا كاَنُوْا اَشَدَّ مِنْهَا فِرَارًا, فَيَقُوْلُ: اُشْهِدُكُمْ اَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ, فَيَقُوْلُ مَلَكٌ مِنَ المَلاَئِـكَةِ : فُلاَنٌ لَيْسَ مِنهُمْ, اِنَّمَا جَائَهُمْ لِحَـاجَةٍ فَيَقُوْلُ : هُمُ القَوْمُ لاَ يَشْقَى جَلِيْسُهُمْ

Artinya: “Sesungguhnya Allah memilik sekelompok Malaikat yang berkeling dijalan-jalan sambil mencari orang-orang yang berdzikir. Apabila mereka menemukan sekolompok orang yang berdzikir kepada Allah, maka mereka saling menyeru: 'Kemarilah kepada apa yang kamu semua hajatkan'. Lalu mereka mengelilingi orang-orang yang berdzikir itu dengan sayap-sayap mereka hingga kelangit. Apabila orang-orang itu telah berpisah (bubar dari majlis dzikir) maka para malaikat tersebut berpaling dan naik kelangit. Maka bertanyalah Allah swt. kepada mereka (padahal Dialah yang lebih mengetahui perihal mereka). Allah berfirman: ‘Darimana kalian semua’? Malaikat berkata: Kami datang dari sekelompok hamba-Mu dibumi. Mereka bertasbih, bertakbir dan bertahlil kepada-Mu.

Allah berfirman; ‘Apakah mereka pernah melihatKu’? Malaikat berkata: Tidak pernah! Allah berfirman; ‘Seandainya mereka pernah melihatKu’?Malaikat berkata; Andai mereka pernah melihat-Mu niscaya mereka akan lebih meningkatkan ibadahnya kepada-Mu, lebih bersemangat memuji-Mu dan lebih banyak bertasbih pada-Mu. Allah berfirman; ‘Lalu apa yang mereka pinta pada-Ku’? Malaikat berkata; Mereka minta sorga kepada-Mu.

Allah berfirman; ‘Apa mereka pernah melihat sorga’? Malaikat berkata; Tidak pernah! Allah berfirman; ‘Bagaimana kalau mereka pernah melihatnya’?Malikat berkata; Andai mereka pernah melihatnya niscaya mereka akan ber- tambah semangat terhadapnya, lebih bergairah memintanya dan semakin besar keinginan untuk memasukinya. Allah berfirman; ‘Dari hal apa mereka minta perlindungan’? Malaikat berkata; Dari api neraka. Allah berfirman; ‘Apa mereka pernah melihat neraka’? Malaikat berkata; Tidak pernah!

Allah berfirman: ‘Bagaimana kalau mereka pernah melihat neraka’? Malaikat berkata; Kalau mereka pernah melihatnya niscaya mereka akan sekuat tenaga menghindar- kan diri darinya. Allah berfirman; ‘Aku persaksikan kepadamu bahwasanya Aku telah mengampuni mereka’. Salah satu dari malaikat berkata; Disitu ada seseorang yang tidak termasuk dalam kelompok mereka, dia datang semata-mata karena ada satu keperluan (apakah dia akan diampuni juga?). Allah berfirman; ‘Mereka (termasuk seseorang ini) adalah satu kelompok dimana orang yang duduk bersama mereka tidak akan kecewa’ ". Sedangkan dalam riwayat Muslim ada tambahan pada kalimat terakhir: 'Aku ampunkan segala dosa mereka, dan Aku beri permintaan mereka'. (HR. Bukhori X1 :209 dan Imam Muslim 1V:2070)

Empat hadits terakhir diatas, jelas menunjukkan keutamaan kumpulan majlis dzikir, Allah swt.akan melimpahkan rahmat, ketenangan dan ridho-Nya pada para hadirin termasuk disini orang yang tidak niat untuk berdzikir, serta majlis seperti itulah yang sering dicari dan dihadiri oleh para malaikat. Alangkah bahagianya bila kita selalu kumpul bersama majlis-majlis dzikir yang dihadiri oleh malaikat tersebut sehingga do’a yang dibaca ditempat majlis dzikir tersebut lebih besar harapan untuk diterima oleh Allah swt. Juga hadits-hadits tersebut menunjukkan mereka berkumpul berdzikir secara jahar,karena berdzikir secara sirran/pelahan sudah biasa dilakukan oleh perorangan !

- Diriwayatkan juga dari Jabir ra. : “Rasulallah saw. pernah keluar menemui kami, seraya bersabda; ‘Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu mempunyai beberapa tawanan dari (kelompok) malaikat yang berdiam (menempati tempat) dan berdiri (berhenti) pada majelis-majelis dzikir dibumi. Mereka bersenang-senang ditaman surga. Kami bertanya; ‘Dimanakah taman-taman surga itu’? Beliau saw. menjawab; ‘Pada majelis-majelis dzikir, maka pergilah pagi dan sore hari untuk berdzikir/mengingat Allah’ “. {HR.Abu Ya’la [3:391], Imam Al-Hakim dalam Al-Mustadrak [1:494]. Hadits ini shohih. 

Dan mengenai Umar bin Abdullah ─maula Ghufrah─ yang ada dalam sanad hadits tersebut dinilai tsiqah (dapat dipercaya) oleh Ibn Sa’id dan Imam Ahmad menilai dia tidak apa-apa. Umar bin Abdullah tidak meriwayatkan hadits tersebut dari seorang sahabat, sebab jika dia meriwayatkannya dari sahabat maka riwayatnya itu mursal (ah) } .

- Hadits dari Abu Darda ra. bahwa Rasulallah saw. bersabda: “Sungguh Allah akan membangkitkan beberapa kaum –pada hari kiamat– yang pada wajah mereka itu memancar cahaya dari atas mimbar pertama, mereka itu sangat di-inginkan (disukai) oleh manusia. Mereka bukanlah para nabi dan juga bukan para syuhada”. Abu Darda ra berkata: ‘Lalu ada seorang Arab Badui yang berlutut seraya berkata; Wahai Rasulallah, perlihatkanlah mereka supaya kami mengetahuinya. 

Beliau saw. bersabda: ‘ Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai dijalan Allah dari berbagai kabilah, dari berbagai negeri. Mereka berkumpul untuk melakukan dzikrullah (dzikir kepada Allah), mereka mengingat-Nya [dengan menyebut-nyebut-Nya]’ “. (Al-Hafidh Al-Mundziri dalam kitab At-Targhib wa At-Tarhib [2:406] mengatakan; Hadits ini diriwayatkan Imam Thabrani dengan isnad Hasan. Demikian pula (oleh) Al-Hafidh Al-Haitsami dalam Mujma’ Al-Zawaid-nya [X:77] ).

- Al-Baihaqiy meriwayatkan Hadits dari Anas bin Malik ra bahwa Rasulallah saw. bersabda:

لاَنْ اَقْعُدَنَّ مَعَ قَوْمٍ يَذْكُرُوْنَ اللهَ تَعَالَى مِنْ بَعْدِ صَلاَةِ الْفَجْرِ ِالَى طُلُوْعِ الشَّمْسِ اَحَبُّاِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا (رواه البيهاقي

Artinya: “Sungguhlah aku berdzikir menyebut (mengingat) Allah swt. bersama jamaah usai sholat Shubuh hingga matahari terbit, itu lebih kusukai daripada dunia seisinya.”

 Juga dari Anas bin Malik ra riwayat Abu Daud dan Al-Baihaqiy bahwa Nabi saw. bersabda: ‘Sungguhlah aku duduk bersama jamaah berdzikir menyebut Allah swt. dari sholat ‘ashar hingga matahari terbenam, itu lebih kusukai daripada memerdekakan empat orang budak’.

- Riwayat Al Baihaqy dari Abu Sa’id Al Khudrij ra, Rasulallah saw bersabda :

يَقُوْلُ الرَّبُّ جَلَّ وَعَلاَ يَوْمَ القِيَامَةِ سَيَعْلَمُ هَؤُلاَءِ الْجَمْعَ الْيَوْمَ مَنْ اَهْلُ الْكَرَمِ؟ فَقِيْلَ مَنْ اَهْلُ الْكَرَمِ؟ قَالَ : اَهْلُ مَجَالِسِ الذِّكْرِ فِي الْمَسَاجِدِ (رواه البيهاقي

Artinya: “Allah jalla wa ‘Ala pada hari kiamat kelak akan bersabda: ’Pada hari ini ahlul jam’i akan mengetahui siapa orang ahlul karam (orang yang mulia). Ada yang bertanya: Siapakah orang-orang yg mulia itu? Allah menjawab, Mereka adalah orang-orang peserta majlis-majlis dzikirdi masjid-masjid ”.

- Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan: “Dikeluarkan oleh Imam Turmudzi, Ibn Majah dan dishohihkan oleh Imam Al-Hakim dari hadits Abu Darda ra. secara marfu’ Rasulallah saw. bersabda:

‘Senangkah kalian jika aku beritahukan mengenai amal yang paling baik dan paling bersih/suci disisi Raja kalian. Lebih tinggi derajatnya bagi kalian, bahkan lebih baik bagimu daripada menginfakkan emas dan kertas (uang), serta lebih baik daripada bertemu dengan musuh kalian lalu kalian menebas leher musuh itu dan (atau) mereka membunuh kalian (menebas leher kalian)’? Mereka menjawab: ‘Ya’. Rasulallah saw. bersabda: ‘Itulah dzikrullah mengingat Allah ‘Azza wa Jalla (Yang Maha Perkasa dan Agung)’ “. (HR.Turmudzi [V:459, Ibn Majah [2:1245], Al-Hakim [1:496]. Hadits ini shohih).

Ibn Hajar telah mengisyaratkan mengenai dzikir tersebut, ketika menjelaskan jihad dan keutamaan orang yang berjihad (al-mujahid). Bahwa mujahid itu seperti orang yang sedang beribadah puasa tidak berbuka (sering berpuasa), seperti yang bangun malam (untuk ibadah) tidak pernah tidur dan keutamaan-keutamaan lainnya yang menunjukkan keutamaan jihad dibandingkan dengan amal-amal sholeh lainnya. Untuk mengkompromikan dalil-dalil tersebut –wallahu a’lam– bahwa yang dimaksud dengan dzikrullah dalam hadits Abu Darda’ –yang sangat besar pahalanya– itu adalah dzikir al-kamil (yang sempurna).Yakni dzikir yang dilakukan dengan lisan dan disertai oleh hati, dengan memikirkan makna, serta menangkap keagungan Allah swt.. Dan orang yang dapat melakukan dzikir semacam itu akan mendapatkan keutamaan –dari sisi Allah swt.– lebih utama daripada orang-orang yang berperang melawan orang-orang kafir tanpa penghayatan terhadap perbuatan atau ibadahnya itu.

Keutamaan jihad –berjuang untuk kemaslahatan dan kejayaan agama Islam– itu juga diakui lebih utama dibandingkan dengan dzikir denganlisan saja tanpa pemaknaan dan penghayatan. Jika ada yang kebetulan berkesempatan atau dengan sengaja menyempatkan diri untuk melakukan dzikir dengan lisan dan hati- nya, serta menghayatinya –dan itu semua dilaksanakan ketika dia melakukan sholat, puasa, sedekah atau berperang melawan orang-orang kafir– maka itulah yang mencapai derajat yang tinggi (yakni seperti digambarkan dalam hadits Abu Darda’).

 Sedang menurut Al-Qadhi Abu Bakar bin Al’Arabi bahwa tiada perbuatan sholeh kecuali dzikir merupakan syarat untuk membenarkan atau meluruskannya. Sehingga, siapa saja yang tidak berdzikir umpamanya ketika bersedekah atau puasa, maka amal ibadahnya tidak sempurna. Jadi, dzikir, jika dilihat dari fungsinya yang seperti itu dapat dinilai sebagai amal yang paling mulia. Perhatikanlah, hadits yang berarti : ‘Niat Mukmin itu lebih hebat (ablagh) daripada amalnya’ “ .

Demikianlah menurut Ibn Hajar Al-‘Asqalani dari Al-Fath X1:210. (HR.Thabarani dalam Al-kabir V1:185; Baihaqi dalam Su’ab Al-Iman V:343; Al-Hafidh All-Sakhawi dalam Al-Maqashlud Al-Hasanah hal. 450, mengenai jalan (sanad) hadits tersebut, mengatakan : ‘Jalan-jalan hadits tersebut meski dho’if, tetapi semuanya dapat memperkuat hadits tersebut’. Lihat pula kita Majma’ Al-Zawa’id 1:61.

Share :

0 Response to "BAB-6B. Dalil-Dalil Dzikir Termasuk Dalil Dzikir Secara Jahar (Agak Keras)"

Posting Komentar